BPUN GROBOGAN

Lembaga Pendampingan Belajar Pasca Ujian Nasional, untuk anakanak kelas 12 SMK/SMA/MA Sederajat yang memiliki niat dan tekad yang kuat untuk kuliah dengan beasiswa,

MENEMBUS BATAS ASA



ALUMNI BPUN GROBOGAN



 Ir. Soekarno  pernah mengatakan tentang JAS MERAH (jangan sampai melupakan sejarah). Kata-kata yang sudah tak asing bagi semua orang. Sejarah merupakan instrument dinamika dalam diri individu seseorang ataupun dalam masyarakat, yakni merupakan sebuah proses terbentuknya jatidiri seseorang entah itu aku, kamu, kita, mereka dan teruntuk semua manusia yang masing-masing meyandang status sosialnya.
Sebagai manusia tentunya tak luput dari segala Hasrat dan keinginan  dalam memenuhi kebutuhan hidup yang semakin memaksa kita untuk bergerak, berusaha dalam mencapainya. Kata pepatah “ Banyak Jalan Menuju rumah” mungkin hal ini sama jika kita manifestasikan dalam upaya mencapai keinginan atau cita-cita seseorang. Artinya , banyak cara menuju kesuksesan, sukses dalam mencapai keinginan yang dicita-citakan. Tentunya dengan kerja keras untuk hal itu.
Kerja keras dan kesuksesan adalah relatif bagi semua orang, ada yang berpendapat sukses berupa kekayaan materi ataupun sukses berupa kekayaan intelektual. Tetapi menurut saya  untuk mencakup kedua hal tersebut perlunya sebuah komponen utama layaknya CPU pada computer, yakni Pendidikan, sebagai motor penggerak perubahan. Di era saat ini Pendidikan semakin lama semakin maju, ditambah kemajuan teknologi yang tak bisa dihindari oleh kita.  Tetapi tak luput juga akan masalah yang tak ada habisnya, apalagi di negara berkembang seperti Indonesia ini. Factor ekonomi menjadi masalah krusial saat ini untuk menempuh Pendidikan tinggi. Hal itu dirasakan oleh para kelas menegah ke bawah (Petani, buruh tani, nelayan, dsb) termasuk saya dengan keluarga yang apa adanya.
Sedikit pengantar dari saya, saya Deni Indarto, pemuda desa yang kini sedang mengenyam Pendidikan S1 di tanah sebrang, yakni Madura. Mungkin beberapa pertanyaan sama sudah terlontarkan untuk saya mengapa harus Madura, yang terpenting ini adalah pilihan rasional saya dan tak perlu Panjang lebar saya bercerita. Berasal dari keluarga dengan ekonomi dibawah kelas menengah, tentu tak membuat saya jengah.
Berbicara soal mengenyam pendidikan tinggi, mungkin perspektif masyarakat tentang hal itu adalah biaya yang diluar kemampuan finansial mereka alias mahal, terutama masyarakat desa dilingkungan saya. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi yang mereka dapat mengenai dunia luar, terutama studi Pendidikan tinggi yang mana terdapat program beasiswa di dalamnya. Saya adalah salah satu diantara ribuan mahasiswa yang mendapatkan beasiswa. Hal ini terkadang membuat saya berfikir tentang masa SMA saya yang mungkin dapatkan dikatakan sebagai cah goblok sebagaimana ujar orang tua saya, belajarpun hanya saat disuruh orang tua dan mungkin juga bisa  disebut siswa apatis,  tak menyangka sampai pada titik saat ini yang berawal dari ketidaktahuan atau dapat dikatakan kekolotan akan ilmu pengetahuan.
Di Universitas Trunojoyo Madura saya diterima dengan beasiswa , dengan usaha dan do’a saya bisa sampai di kampus yang terletak di tanah garam ini. Awal mula tak menyangka hingga sampai saat ini, mungkin garis takdir yang sudah dikehendaki-Nya yang mengantarkan saya sampai pada titik ini. Foto saya diatas adalah ibarat sebuah titik kecil di dalam kertas putih yang mana kita bebas menggambarnya.
Tentu semua cerita ini tak hanya omong kosong dan tak instan, adapun suatu proses. Apakah itu? Sebuah wadah saya berproses yang bernama BPUN atau Bimbingan Pasca Ujian Nasional. Berawal dari seorang Mahasiswa yang datang jauh-jauh menghampiri saya bersama rekan sejawat untuk berdiskusi mengenai jalur masuk perguruan tinggi yang saat itu jauh dari angan-angan saya. Setelah berbicara Panjang lebar mahasiswa  yang akrab dipanggil dengan sebutan mas Eko itu mengenalkan apa itu BPUN dan tujuannya. Saya pun hanya sekedar mengangguk sebagai bentuk respon terhadapanya pada waktu itu hingga sampai pada saya mencoba mengikuti BPUN ini.
BPUN merupakan suatu bentuk implementasi kepedulian terhadap dunia Pendidikan, terutama bagi mereka yang kurang mampu dalam segi ekonomi yang menjadi sasaran utama. Adapun Pendidikan karakter, motivasi, beserta trik dan tips untuk menggapai kampus impian terdapat  di dalamnya. Sampai saat ini sudah ratusan alumni yang tersebar dari berbagai penjuru kampus di Indonesia.  Jika masih belum percaya mengenai kesahihan bukti yang ada, kita bisa bersua dan biarkan saya bercerita tentang apa itu BPUN dan segala pengalaman yang luar biasa. So, tunggu apa lagi mari bergabung di BPUN.

Oleh : Deni Indarto


Share:

SOSIALISASI BPUN GROBOGAN KE SEKOLAH-SEKOLAH DI KECAMATAN TAWANGHARJO




Sosialisasi di MA Sunniyah Selo
SOSIALISASI BPUN GROBOGAN
Sosialisasi di SMA Muhammadiyah Tawangharjo

Sosialisasi Di MA Nuril Huda Tarub


        Senin, 3 Februari 2020. Tim sosialisasi BPUN Grobogan mendatangi  sekolah-sekolah menengah atas sederajat di Kecamatan Tawangharjo untuk bersosialisai. Terdiri dari 17 personil para alumni BPUN Grobogan lintas Angkatan ini mengunjungi sekolah yang ada di Kecamatan Tawangharjo. Sekolah yang disosialisasikan oleh para Alumni BPUN Grobogan diantaranya MA Sunniyah Selo, Ma Nuril Huda Tarub, dan SMA Muhammadiyah Tawangharjo.

           Sosialisasi ini disambut hangat oleh pihak masing-masing sekolah, ditambah antusias para siswa kelas 12 yang membuat Tim Sosialisasi BPUN Grobogan semakin bersemangat. Sebelumnya dari sekolah-sekolah tersebut sudah terdapat alumni-alumni dari sekolah-sekolah ini yang mengikuti BPUN Grobogan dan berhasil lolos ke perguruan tinggi negeri maupun swasta dengan beasiswa. Selain itu para alumni sekolah masing-masing yang pernah mengikuti BPUN Grobogan memberikan motivasi kepada adik-adik kelas mereka mengenai pentingnya melanjutkan Pendidikan ataupun pengalaman mereka selama berproses di BPUN Grobogan, sehingga diharapkan para siswa kelas 12 ini nantinya bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dengan berdasarkan minat dan bakat mereka masing-masing.




Share:

KEYAKINAN DAPAT MENGALAHKAN SEGALANYA





Assalamualaikum wr.wb.
Ketika terbit tiba
Ribuan cinta jadi satu
Jadi semangat
Tuk kutempuh jalan baru
Kilau cahaya
Menghapus berbagai sendu
Tercapai cita
Sebuah perjuangan yang telah lalu
Hiasan bahagia
Timbul sedikit haru
Serta doa yang kupanjatkan untuk-Nya
Mengingatku tuk bersyukur selalu

Aku Arditia Widia Putra, teman-teman memanggilku putra. Mahasiswa Falkutas Syariah Prodi S1 Hukum Keluarga Islam di IAIN Salatiga. Syukur tak henti kucurahkan. Impian yang dulu hanya angan, kini terpampang dengan jadinya mahasiswa di kampus impian. lebih-lebih mendapatkan Bidikmisi, dan ini adalah sepenggal kisahku sebelum masuk kuliah dan mendapatkan Bidikmisi.

kelas tiga Madrasah Aliyah. Saat kebingungan melanda mau kemana. Kerja atau mengejar cita-cita. Keluarga yang hanya mampu mengenyam pendidikan sekolah dasar sederajat, sementara anaknya bercita-cita setinggi gunung di awan sana. Sukar di otak bukan? 

Aku hanyalah seorang anak desa, bapakku bekerja sebagai petani, dan ibuku seorang ibu rumah tangga. Penghasilan yang mereka dapatkan tak seberapa, hanya cukup untuk makan sehari-hari dan terkadang buat kebutuhan sehari-haripun masih kurang. Tahun itu adalah masa-masa sulit bagiku, keluargaku, keadaan keluargaku juga mulai berubah, masalah silih berganti. Gali lubang tutup lubang menjadi kebiasaan keluargaku. 

Biaya sekolahku sering tersendat bahkan setelah lulus sekolahpun aku masih punya tagihan SPP selama 1 setengah tahun, sampai-sampai ijazah MA ku pun masih ditahan di sekolah. Hal itulah yang menguras mentalku, aku takut bercita-cita tinggi, apalagi berfikir untuk kuliah, apakah aku bisa, sedangkan keadaan ekonomi keluargaku bisa dikatakan masih kurang.

Namun tekadku mulai berubah semenjak aku mendengar guru BK sering bercerita tentang perjuangan beliau untuk kuliah dan berbicara tentang beasiswa di dunia perkuliahan. Aku berfikir lebih rasional, kalau aku tidak kuliah aku mau kerja apa? Apakah orang tuaku bisa bangga padaku? Apakaah aku bisa menggapai cita-citaku dengan lulusan MA? Pertanyaan demi pertanyaan kini mulai muncul.

Dan saat itulah aku mulai aktif berkomunikasi dengan guru BK di sekolahku. Aku sering menanyakan bagaimana cara mendaftar kuliah dan mendapatkan beasiswa. Dari semua informasi yang aku dapatkan dari guru BK dan cerita tentang seorang yang mendapatkan Bidikmisi, kini aku mulai optimis dengan keyakinanku.

Dengan berjalannya waktu, ada kakak-kakak mahasiswa dari berbagai kampus datang kesekolahanku, mereka mensosialisasikan sebuah program yang tak pernah aku bayangkan yaitu BPUN Grobogan. BPUN adalah lembaga pendapingan untuk membantu siswa siswi kelas  12 SMA\SMK\MA sederajat yang memiliki niat dan tekad yang kuat untuk kuliah, namun terkendala dengan biaya (ekonomi). BPUN juga  melakukan pendampingan belajar dalam mempersiapkan peserta untuk menghadapi seleksi ke PTN atau PTS, agar nantinya peserta dapat diterima keperguruan tinggi dengan mendapat Beasiswa.
 Dengan adaya BPUN Grobogan inilah awal langkah perjuanganku untuk melanjutkan keperguruan tinggi. Dan kini telah tiba saatnnya untuk pengumuman SBMPTN, rasa ragu dan takut bercampur jadi satu. Ragu kalau aku tidak lolos SBMPTN, takut jika aku lolos SBMPTN tapi tidak keterima Bidikmisi, yang aku lakukan hanyalah berdoa dan berdoa saja, karena semua usahaku sudah aku lakukan semua. Tetapi tuhan berkata lain, tuhan tidak mengabulkan doa-doaku.

Memang dalam meraih sebuah mimpi terkadang ada hambatan. Tekadku mulai tergoyahkan saat aku mengetahui bahwa aku  tidak lolos SBMPTN, aku sangat sedih dan malu ketika aku ditanya orang tuaku, tetangga, dan teman-temanku bahwa aku tidak lolos SBMPTN. Tapi kakak-kakak BPUN Grobogan tidak membiarkanku untuk tidak kuliah, dia masih mencari informasi tentang jalur masuk melalui beasiswa diberbagai kampus-kampus, baik itu negeri maupun swasta agar yang tidak keterima lewat jalur SBMPTN masih bisa untuk kuliah, dan Alhamdulillah aku bisa keterima di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga dengan mendapatkan Bidikmisi.

Terimakasih BPUN Grobogan, terimakasih BAZNAS Grobogan, terimakasih Bidikmisi. Kini dengan adanya engkau aku bisa kuliah tanpa ada kendala ekonomi.
Giliran kalian generasi perubah bangsa. Daftarkan segera menjadi keluarga kami. Bimbingan gratis dan jembatanmu masuk perguruan tinggi. Tak ada kesia-siaan melangkah, hanya waktu yang dapat menjawab peluh kesah perjuangan.


Oleh : Arditia Widia Putra
Alumni BPUN Grobogan 2019

Buruan Daftar Dan bergabung bersama Kami di BPUN Grobogan Caranya  

DAFTAR

Share:

STORY IN BPUN GROBOGAN



Alumni BPUN Grobogan



Alumni BPUN Grobogan


Assalamualaikum wr.wb

Haiii para pejuang perguruan tinggi, apa kabar? Semoga sehat selalu ya...o ya aku mau berbagi pengalaman dikit boleh nggk? Boleh yaa,,tapi syaratnya harus baca sampai bawah, wkwk...

Perkenalkan namaku Erfita Sari, bisa dipanggil fita ataupun erfita, asal jangan panggil sayang ya...wkwk.



Aku tinggal di desa Karangrejo, kecamatan Gabus. Aku terlahir dari keluarga yang cukup sederhana. Bapak dan ibu ku hanyalah seorang petani yang tidak memiliki pekerjaan sampingan lainnya alias nganggur jika tidak ke sawah. Cukup tau kan penghasilan seorang petani dan berapa lama petani harus menunggu penghasilan itu datang? Lalu jika gagal panen, gimana kasih makan anak" nya? Tak ada cara lain selain hutang. Ya itulah yang bisa dilakukan orang tuaku supaya bisa tetap menghidupi keluarganya.

Memiliki cita" untuk berkuliah tentunya sesuatu yang lucu bagi anak seorang petani seperti aku. "Uang dari mana untuk bayar kuliah?" Begitulah cibiran pedas para tetangga ku yang pernah terlontar digendang telingaku.



"Tidak usahlah kuliah nak, setelah lulus langsung kerja aja, bayar kuliah itu mahal, banyak yang kuliah tapi jadi pengangguran". Nasehat ibuku. Ini merupakan kesekian kalinya aku menyampaikan keinginanku untuk kuliah, tapi respon yang kudapat selalu seperti itu.



Hingga akhirnya, terdengarlah kabar tentang beasiswa bidikmisi yaitu suatu beasiswa yang diperuntukkan bagi anak-anak kurang mampu namun berprestasi.



Untuk petama kalinya aku mendaftar perguruan tinggi lewat jalur SNMPTN, namun aku tidak lolos. Perasaan sedih, takut, kecewa bercampur menjadi satu. Aku sempat berpikiran untuk menghentikan semua tekadku dalam mewujudkan keinginanku, namun takdir berkata lain. Aku tidak jadi putus asa, karena unuk masuk ke perguruan tinggi masih banyak jalur lainnya. Hingga akhirnya aku mendaftar jalur SBMPTN.



Seiring menunggu tes dan pengumuman SBMPTN, aku mendaftar suatu bimbingan gratis guna mempersiapkan tes SBMPTN nantinya. Bimbingan ini bernama BPUN Grobogan yang dilakukan setelah terselesaikannya ujian nasional kelas 12. Cara masuknya pun mudah, aku hanya tinggal mendaftar di link yang sudah ada dan mengikuti prosedur tesnya. Setelah tes, pengumunan pun tiba dan aku pun lolos mengikuti bimbingan tersebut. Kemudian aku mengikuti bimbingan selama kurang lebih 1 bulan. Disini aku mendapatkan banyak manfaat yang tidak akan pernah aku lupakan.

Tapi endingnya di SBMPTN pun aku tidak lolos, aku merasa bimbingan yang aku ikuti terasa sia-sia. Tapi aku salah, dari sinilah aku bisa keluar dari permasalahan itu. Hingga akhirnya aku tetap bisa masuk perguruan tinggi.

Nah itulah sedikit cerita pengalaman pribadiku, semoga bermanfaat.

Penasaran kenapa aku bisa masuk perguruan tinggi tanpa lewat jalur SNMPTN dan SBMPTN?

Jawabannya ada di BPUN Grobogan. Terakhir dariku, aku bukan anak kota yang pandai bergaya, aku anak desa yang bercita-cita membahagiakan kedua orang tuaku, kesuksesan bukan hanya milik orang yang mampu, melainkan milik orang yang mau berjuang dan berusaha.

Wassalamualaikum wr.wb

Oleh : Erfita

Alumni BPUN Grobogan 2019

Buruan Daftar Dan bergabung bersama Kami di BPUN Grobogan Caranya  

DAFTAR

Share:

BPUN Grobogan; Memantabkan Diri Mewujudkan Mimpi




Alumni BPUN 2019
Alumni BPUN 2019

 Pagi yang sejuk di bulan Januari ini, Semarang diingatkan kembali dengan kisah kasih perjuangan seorang anak desa untuk mewujudkan mimpinya. Berangkat dari keterbatasan dan pergolakan batin

Pagi ini,  sang surya nampak malu-malu menyapa bumi. Tetesan embun yang berada di sela-sela dedaunan  menandakan bahwa semalam turun hujan. Sejauh mata memandang, hanya ada indah dan keindahan kota Semarang. Di kejauhan sana,  terdengar sayup-sayup lantunan ayat suci al-Qur’an. Sejuk dan damai benar, batin saya. Sembari mentadaburi kuasa Tuhan, saya pun mulai melangkahkan kaki mengikuti kehendak hati. Tak terasa lelehan air mata membasahi pipi.

Tiba-tiba, pikiran ini pun serasa dihempas kembali ke masa silam. Masa dimana saya diliputi rasa kekhawatiran dan kebimbangan. Perasaan yang seolah tak bisa diutarakan dengan lisan maupun tulisan. Tentang mimpi, itulah yang saya risaukan.

Kala itu, katakanlah satu tahun yang lalu, saya tengah disibukkan dengan aktivitas baru yang memang biasa dialami oleh murid kelas 12 pada umumnya. Apalagi kalau bukan ujian kelulusan beserta seluk beluknya. Semua murid nampak rajin belajar. Hal tersebut dibuktikan dengan tangan-tangan yang senantiasa memegang buku pelajaran di manapun mereka berada. Meskipun, ada juga di  antara mereka yang  tak benar-benar “belajar” dan malah guyonan, tapi yang terpenting adalah esensi mereka dalam mempersiapkan ujian. Mengenai hasil, biarlah Allah yang menentukan.

Oh ya, kenalkan saya Wahyuni Tri Ernawati asal Grobogan, tepatnya dari Dukuh Pondok, Desa Plosoharjo. Kalian boleh memanggil saya sesuai dengan apa yang kalian suka, asalkan nama itu masih menjadi bagian dari nama saya.  Namun, sedari kecil teman-teman memangil saya Yuni. Saya anak terakhir dari tiga bersaudara. Ayah dan ibu saya tentu sudah lansia, tapi dedikasi mereka tak pernah ada surutnya. Sebagai anak bungsu di keluarga, saya mempunyai peran menjaga orang tua dan lebih banyak di rumah, apalagi saya seorang perempuan. Walau mereka tidak mengatakannya secara langsung, tapi saya sangat paham betul apa yang menjadi kebutuhan mereka.


Kembali kepada kesibukan menjelang ujian. Beberapa hari belakangan ini, sekolah saya yaitu MA Shofa Marwa Toroh, tengah ramai kedatangan tamu yang spesial. Tamu tersebut bukan hanya berasal dari berbagai daerah, melainkan bermacam universitas dengan latar belakang masing-masing. Tujuan mereka tiada lain yaitu untuk mensosialisasikan PTN/PTS (Perguruan Tinggi Negeri/Swasta) sekaligus memberikan pengetahuan dan pengarahan bagaimana dapat berkesempatan kuliah disana. Di antara kakak yang menjadi tamu spesial itu, ternyata ada yang saya kenali. Bagaimana tidak? lha wong dia itu alumni sekolah saya kok hehe. Malah abnormal rasanya kalau saya sampai tidak ingat.

Dari penyuluhan yang mereka lakukan, saya jadi sedikit tahu perihal dunia kampus. Kalau tidak salah, mereka menerangkan tentang mekanisme masuk kampus, sistem pembelajaran, UKM atau organisasi yang ada di kampus, dan lain-lain. Namun,  yang paling menyita perhatian saya adalah tentang beasiswa.  Lain halnya dengan teman-teman saya yang lebih ingin tahu tentang macam-macam universitas, saya malah terpekur dengan keterdiaman. Saya membayangkan, bagaimana ya rasanya kuliah itu? Apakah seperti di tayangan TV yang biasa keluarga saya tonton?. Dengan munculnya khayalan tersebut, saya jadi ingin berkuliah, toh ada beasiswa bukan? Jadi apa yang perlu dipermasalahkan?

Ketika asyik larut dalam ketermenungan, saya pun lantas mengembalikan kesadaran diri saya, disertai tepukan pada pipi yang sebenarnya sakit hehe. Maklum, efek melamun yang tidak-tidak ya jadi begitu. Saya tahu bahwa ada jalan bagi saya untuk bisa berkuliah, tapi jika dibenturkan dengan orang tua, maka jadi panjang urusannya. Mereka pasti langsung menolak keinginan saya. Terlebih saya sadar betul, apa yang saya pikirkan tadi hanya sebatas angan semu saja. Sempat-sempatnya  saya berpikiran seperti itu, kuliah?. . (mimpi kamu Yun).

Seiring berjalannya waktu, keingininan itu pupus dan hilang bak ditelan bumi. Ia terlalu lemah, sehingga dapat dengan mudah dikalahkan oleh persepsi yang belum pasti adanya. Khayalan itu pun juga hanya sebatas khayalan yang terkubur oleh ketidakmantaban hati. Hingga pada akhirnya, mimpi yang sempat terlintas tak ubahnya “bunga tidur” di siang hari. Sampai suatu ketika, saya dikenalkan dengan lembaga yang katanya mempermudah murid kelas 12 maupun yang gap year untuk menempuh studi di Perguruan Tinggi secara percuma alias GRATIS. Lembaga tersebut bernama BPUN (Bimbingan Pasca Ujian Nasional), yang dibina oleh Bapak Wahyudi, S.Pd.I.

Sesuai dengan namanya, BPUN hadir untuk membimbing sekaligus menjembatani para murid yang telah lulus dari bangku SMA/SMK/MA/ sederajat agar dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi tanpa bayaran sepeserpun. Bekerja sama dengan BAZNAS dan Yayasan al-yahya Nusantara, BPUN selalu ada  setiap tahunnya. Awalnya, BPUN bukan hanya berlokasi di Grobogan saja, melainkan seluruh daerah di Indonesia. Namun, lambat laun hanya beberapa daerah saja yang masih berkomitmen menyelenggarakan BPUN.

Kegiatan-kegiatan BPUN yang memakan waktu kurang lebih dua minggu, tentu membutuhkan biaya yang besar. Karenanya, banyak dari daerah penyelenggara yang menghentikan atau tidak melanjutkan BPUN.

Kabar baiknya, tahun 2019, kabupaten yang saya tinggali ini masih tetap mengadakan BPUN. Antara percaya tidak percaya dan dorongan darimana, akhirnya saya memutuskan untuk ikut-ikutan daftar. Ada sekitar sembilan anak dari sekolah saya yang mendaftar BPUN dan yang lolos seleksi hanya dua orang, termasuk saya sendiri.

Anehnya, bukan bahagia yang saya rasa atas hasil ini, tapi malah bingung yang menghinggapi. “Saya kan tidak mau kuliah, lalu mengapa daftar BPUN? Apalagi saya kan tidak bisa daftar SBMPTN? ”. Kira-kira kalimat itulah yang terpikir di benak saya tatkala saya mengetahui lolos seleksi BPUN. Saya jadi merasa bahwa apa yang saya perbuat hanya suatu kesia-sian belaka, hingga saya pun memutuskan untuk keluar dari BPUN.


Namun, untuk merealisasikan rencana tersebut ternyata tak semudah yang saya kira. Para panitia BPUN seperti kak Prio Hutomo, kak Eko Santoso, dan panitia yang lain tidak menghendaki pilihan saya. Mereka malah memberikan motivasi bahwa saya pasti bisa kuliah entah melalui jalan yang mana. Mereka memotivasi dan memantabkan diri saya agar tetap melanjutkan perjuangan mewujudkan mimpi.  Saya pun didera kebimbangan dengan rasa campur aduk tak karuan. Padahal, jauh di lubuk hati terdalam, hati kecil saya seakan mengiyakan apa yang mereka ucapkan. Apa yang harus saya lakukan Tuhan? 

Perlahan, setelah memperoleh pencerahan dari kakak-kakak BPUN, sekaligus mendengar pendapat dari teman-teman, saya pun mengurungkan niat saya untuk mengundurkan diri. Dan pilihan yang saya ambil ini, ternyata berdampak besar pada hidup saya baik sekarang maupun masa depan. Bagaimana tidak? BPUN tidak sekedar menjembatani mimpi saya, tapi lebih dari itu. BPUN juga memberikan materi yang berkaitan dengan Seleksi jalur SBMPTN dan UMPTN, tips dan trik masuk kampus, Ke-Organisasian, Ke-Mahasiswaan, Kebangsaan, pembimbingan dan motivasi yang akan membentuk mental guna menjadi sosok yang berani dan berdikari. Saya menjadi tidak menyesal pernah menjadi keluarga BPUN angkatan 2019. Jadi, bagi kalian yang tengah berada di kelas 12 atau yang udah lulus ikutan gabung yuk dengan keluarga BPUN 2020 !! Tidak perlu ragu lagi, saya saja sudah membuktikan sendiri.



Pagi yang sejuk di bulan Januari ini, Semarang diingatkan kembali dengan kisah kasih perjuangan seorang anak desa untuk mewujudkan mimpinya. Berangkat dari keterbatasan dan pergolakan batin, ia berusaha agar selalu menjadi pribadi yang mantab dan semangat mencapai tujuan. Ia juga mempunyai ambisi besar bahwa ia akan menggenggam apa yang ia usaha dan do’a kan. Setelah satu tahun berlalu, kini anak itu telah berhasil kuliah di UIN Walisongo Semarang, persis seperti apa yang dahulu ia khayalkan. Ia bersyukur, Allah memudahkan jalannya dan melunakkan hati orang tuanya. Namun percayalah, ini bukan akhir, tapi baru permulaan. Anak itu (Yuni) akan selalu berjuang untuk hidup yang lebih baik lagi. Iya, saya harus berubah-membaik-menselalu. Terima kasih BPUN. Wallahu a’lam bi al-shawwab.


Oleh: Wahyuni Tri Ernawati

Alumni BPUN 2019, UIN Walisongo Semarang

Buruan Daftar Dan bergabung bersama Kami di BPUN Grobogan Caranya  
Share:

Followers

Popular Posts

Powered by Blogger.

Contributors

Recent Posts