Assalamualaikum wr.wb.
Ketika terbit tiba
Ribuan cinta jadi satu
Jadi semangat
Tuk kutempuh jalan baru
Kilau cahaya
Menghapus berbagai sendu
Tercapai cita
Sebuah perjuangan yang telah lalu
Hiasan bahagia
Timbul sedikit haru
Serta doa yang kupanjatkan untuk-Nya
Mengingatku tuk bersyukur selalu
Aku Arditia Widia Putra, teman-teman memanggilku putra. Mahasiswa Falkutas Syariah Prodi S1 Hukum Keluarga Islam di IAIN Salatiga. Syukur tak henti kucurahkan. Impian yang dulu hanya angan, kini terpampang dengan jadinya mahasiswa di kampus impian. lebih-lebih mendapatkan Bidikmisi, dan ini adalah sepenggal kisahku sebelum masuk kuliah dan mendapatkan Bidikmisi.
kelas tiga Madrasah Aliyah. Saat kebingungan melanda mau kemana. Kerja atau mengejar cita-cita. Keluarga yang hanya mampu mengenyam pendidikan sekolah dasar sederajat, sementara anaknya bercita-cita setinggi gunung di awan sana. Sukar di otak bukan?
Aku hanyalah seorang anak desa, bapakku bekerja sebagai petani, dan ibuku seorang ibu rumah tangga. Penghasilan yang mereka dapatkan tak seberapa, hanya cukup untuk makan sehari-hari dan terkadang buat kebutuhan sehari-haripun masih kurang. Tahun itu adalah masa-masa sulit bagiku, keluargaku, keadaan keluargaku juga mulai berubah, masalah silih berganti. Gali lubang tutup lubang menjadi kebiasaan keluargaku.
Biaya sekolahku sering tersendat bahkan setelah lulus sekolahpun aku masih punya tagihan SPP selama 1 setengah tahun, sampai-sampai ijazah MA ku pun masih ditahan di sekolah. Hal itulah yang menguras mentalku, aku takut bercita-cita tinggi, apalagi berfikir untuk kuliah, apakah aku bisa, sedangkan keadaan ekonomi keluargaku bisa dikatakan masih kurang.
Namun tekadku mulai berubah semenjak aku mendengar guru BK sering bercerita tentang perjuangan beliau untuk kuliah dan berbicara tentang beasiswa di dunia perkuliahan. Aku berfikir lebih rasional, kalau aku tidak kuliah aku mau kerja apa? Apakah orang tuaku bisa bangga padaku? Apakaah aku bisa menggapai cita-citaku dengan lulusan MA? Pertanyaan demi pertanyaan kini mulai muncul.
Dan saat itulah aku mulai aktif berkomunikasi dengan guru BK di sekolahku. Aku sering menanyakan bagaimana cara mendaftar kuliah dan mendapatkan beasiswa. Dari semua informasi yang aku dapatkan dari guru BK dan cerita tentang seorang yang mendapatkan Bidikmisi, kini aku mulai optimis dengan keyakinanku.
Dengan berjalannya waktu, ada kakak-kakak mahasiswa dari berbagai kampus datang kesekolahanku, mereka mensosialisasikan sebuah program yang tak pernah aku bayangkan yaitu BPUN Grobogan. BPUN adalah lembaga pendapingan untuk membantu siswa siswi kelas 12 SMA\SMK\MA sederajat yang memiliki niat dan tekad yang kuat untuk kuliah, namun terkendala dengan biaya (ekonomi). BPUN juga melakukan pendampingan belajar dalam mempersiapkan peserta untuk menghadapi seleksi ke PTN atau PTS, agar nantinya peserta dapat diterima keperguruan tinggi dengan mendapat Beasiswa.
Dengan adaya BPUN Grobogan inilah awal langkah perjuanganku untuk melanjutkan keperguruan tinggi. Dan kini telah tiba saatnnya untuk pengumuman SBMPTN, rasa ragu dan takut bercampur jadi satu. Ragu kalau aku tidak lolos SBMPTN, takut jika aku lolos SBMPTN tapi tidak keterima Bidikmisi, yang aku lakukan hanyalah berdoa dan berdoa saja, karena semua usahaku sudah aku lakukan semua. Tetapi tuhan berkata lain, tuhan tidak mengabulkan doa-doaku.
Memang dalam meraih sebuah mimpi terkadang ada hambatan. Tekadku mulai tergoyahkan saat aku mengetahui bahwa aku tidak lolos SBMPTN, aku sangat sedih dan malu ketika aku ditanya orang tuaku, tetangga, dan teman-temanku bahwa aku tidak lolos SBMPTN. Tapi kakak-kakak BPUN Grobogan tidak membiarkanku untuk tidak kuliah, dia masih mencari informasi tentang jalur masuk melalui beasiswa diberbagai kampus-kampus, baik itu negeri maupun swasta agar yang tidak keterima lewat jalur SBMPTN masih bisa untuk kuliah, dan Alhamdulillah aku bisa keterima di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga dengan mendapatkan Bidikmisi.
Terimakasih BPUN Grobogan, terimakasih BAZNAS Grobogan, terimakasih Bidikmisi. Kini dengan adanya engkau aku bisa kuliah tanpa ada kendala ekonomi.
Giliran kalian generasi perubah bangsa. Daftarkan segera menjadi keluarga kami. Bimbingan gratis dan jembatanmu masuk perguruan tinggi. Tak ada kesia-siaan melangkah, hanya waktu yang dapat menjawab peluh kesah perjuangan.
Oleh : Arditia Widia Putra







No comments:
Post a Comment